This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 05 Februari 2013

PAGUYUBAN (GEMEINSCHARFT) DAN PATEMBAYAN (GESELLSCHAFT)

 

 

 

PAGUYUBAN (GEMEINSCHARFT) DAN PATEMBAYAN (GESELLSCHAFT)


Paguyuban : merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin murni yang bersifat alamiah dan kekal. 
Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang sudah dikodratkan
Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organisir[1].
Ciri pokok paguyuban : 
1. Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2. Private : hubungan yang bersifat pribadi
3. Exclusife : hubungan tersebut hanya untuk "kita" saja tidak untuk orang lain diluar "kita"

Jenis paguyuban "
1. Paguyuban karena ikatan darah : didasarkan ikatan darah dan keturunan,
2. Payuguban karena tempat : didasarkan tempat tinggal yang berdekatan,
3. Paguyuban karena jiwa-pikiran : didasarkan jiwa-pikiran serta ideologi yang sama

Patembayan : merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu pendek, bersifat satu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat di umpamakan dengan sebuah mesin.
Ada pun bentuk kemauan asasi manusia terbagi menjadi dua antara lain : 


1. Wesenwill : merupakan bentuk kemauan yang dikodratkan, timbul dari keseluruhan kehidupan alami


Dalam wesenwille perasaan, akan, adalah kesatuan dan keduanya terikat pada kesatuan hidup yang alamiah dan organisir. Wesenwille selalu menimbulkan paguyuban. 

2. Kurwille : merupakan kemauan yang di pimpin oleh cara berpikir didasarkan akal.
Kurwille adalah kemauan yang ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu dan sifatnya rasional.
Kurwille selalu menjelma menjadi patembayan

pengaruh diferensiasi sosial

. Pengaruh Diferensiasi Sosial
Pada Modul terdahulu Anda telah mempelajari Diferensiasi Sosial. Masih ingatkah Anda perbedaaan antara Kemajemukan Sosial dengan Heterogenitas Sosial? Ada dua hal dalam Diferensiasi Sosial yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Indonesia. Mari kita bahas: 
a. Kemajemukan Sosial : pengelompokkan masyarakat secara horisontal yang didasarkan pada adanya perbedaan Ras, Etnis (suku bangsa), klen, agama dsbnya.

Kemajemukan masyarakat Indonesia terbentuk karena beberapa hal seperti:
- Keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beberapa ribu pulau besar kecil dari barat sampai ke timur yang kemudian tumbuh menjadi satu kesatuan sukubangsa yang melahirkan berbagai ragam budaya. 
- Indonesia terletak antara dua titik silang samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak strategis ini merupakan daya tarik bagi bangsa-bangsa asing datang dan singgah di wilayah ini sehingga Amalgamasi (perkawinan campur) dan Asimilasi (perbauran budaya) diantara kaum pendatang dan penduduk asli maupun antara kaum pendatang sendiri terjadi. Hal demikian membuat masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai ras, etnis dan sebagainya. 
- Iklim yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lain menimbulkan perbedaan mata pencaharian penduduknya. Contoh: orang yang tinggal di wilayah pedalaman cenderung bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan yang tinggal di wilayah pantai sebagai nelayan/pelaut. 


Dapat ditarik kesimpulan dengan adanya Diferensiasi Sosial mempengaruhi terbentuknya anekaragam budaya, misalnya : bahasa, dialek, kesenian, arsitektur, alat-alat budaya, dsbnya.

b. H e t e r o g e n i t a s
Ada dua macam Heterogenitas, yakni:
1) Heterogenitas masyarakat berdasarkan profesi/pekerjaan.
Masyarakat Indonesia yang besar ini penduduknya terdiri dari berbagai profesi seperti pegawai negeri, tentara, pedagang, pegawai swasta, dsbnya. Setiap pekerjaan memerlukan tuntutan profesionalisme agar dpat dikatakan berhasil. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu dan melatih ketrampilan yang berkaitan dengan setiap pekerjaan. Setiap pekerjaan juga memiliki fungsi di masyarakat karena merupakan bagian dari struktur masyarakat itu sendiri. Hubungan antar profesi atau orang yang memiliki profesi yang berbeda hendaknya merupakan hubungan horisontal dan hubungan saling menghargai biarpun berbeda fungsi, tugas, bahkan berbeda penghasilan.
2) Heterogenitas atas dasar jenis kelamin.
Di Indonesia biarpun secara konstitusional tidak terdapat diskriminasi sosial atas dasar jenis kelamin, namun pandangan “gender” masih dianut sebagaian besar masyarakat Indonesia.

Pandangan gender ini dikarenakan faktor kebudayaan dan agama. Apabila kita melihat kemajuan Indoensia sekarang ini, banyak perempuan yang berhasil mengusai Iptek dan memiliki posisi yang strategis dalam masyarakat. Maka sudah selayaknya perbedaan jenis kelamin dikatagorikan secara horisontal, yaitu hubungan kesejajaran yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. 
Dari kedua macam Heterogenitas tersebut dapat ditarik kesimpulan : melalui Hetrogenitas memunculkan adanya profesionalismeprofesionalisme dalam pekerjaan, keterampilan-keterampilan khusus (skill), spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, penyadaran HAM, dsbnya. 

B.Pengaruh Stratifikasi Sosial
Selain menimbulkan tumbuhnya pelapisan dalam masyarakat, juga munculnya kelas-kelas sosial atau golongan sosial yang telah kita pelajari pada Modul terdahulu. 
Adanya pelapisan sosial dapat pula mengakibatkan atau mempengaruhi tindakan-tindakan warga masyarakat dalam interaksi sosialnya. Pola tindakan individu-individu masyarakat sebagai konsekwensi dari adanya perbedaan status dan peran sosial akan muncul dengan sendirinya. 
Pelapisan masyarakat mempengaruhi munculnya life chesser & life stile tertentu dalam masyarakat, yaitu kemudahan hidup dan gaya hidup tersendiri. Misalnya, orang kaya (lapisan atas) akan mendapatkan kemudahankemudahan dalam hidupnya, jika dibandingkan orang miskin (lapisan bawah); dan orang kaya akan punya gaya hidup tertentu yang berbeda dengan orang miskin.

KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

  •  
  • 1. BAB 2 KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL
  • 2. BAGAN MATERI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL KONFLIK KONFLIK DAN KEKERASAN INTEGRASI SOSIAL PENGERTIAN FAKTOR PENYEBAB BENTUK KONFLIK PENGERTIAN TEORI KEKERASAN CARA PENGENDALIAN KONFLIK DAN KEKERASAN PENGERTIAN BENTUK INTEGRASI FAKTOR PENDORONG INTEGRASI
  • 3. Sosiologis : konflik=proses antara 2/lebih orang yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuat tidak berdaya Soejono Seokanto : konflik= proses memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan disertai ancaman/kekerasan Lewis a.Coser : konflik= perjuangan nilai, kekuasaan dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederaia atau melenyapkan lawan Gillin dan Gillin : konflik= proses interaksi yang berlawanan ( oppositional process ) Kamus Besar Bahasa Indonesia konflik=percecokan, perselisihan atau pertentangan Bahasa Latin : configer artinya saling memukul KONFLIK
  • 4. Gejala disintegrasi dan disorganisasi dalam masyarakat: Ketidaksepahaman dalam masyarkat Norma sosial melemah Pertentangan norma Sanksi lemah Tindakan bertentangan dengan norma FAKTOR PENYEBAB KONFLIK PERBEDAAN ANTAR INDIVIDU PERBEDAAN KEBUDAYAAN PERBEDAAN KEPENTINGAN PERUBAHAN SOSIAL
  • 5. BENTUK KONFLIK LEWIS A. COSER DAHRENDORF SOERJONO SOEKANTO PSIKOLOGI SOSIAL  URSULA LEHR
  • 6. LEWIS A. COSER KONFLIK REALISTIS KONFLIK NON-REALISTIS INGROUP OUTGROUP INGROUP OUTGROUP KONFLIK
  • 7. DAHRENDORF KONFLIK Konflik antara/dalam peran sosial Konflik antara kelompok sosial Konflik antara kelompok yang terorganisir dan tidak Konflik antara satuan nasional
  • 8. SOERJONO SOEKANTO Konflik pribadi Konflik rasial Konflik kelas sosial Konflik politik Konflik internasional
  • 9. URSULA LEHR (PSIKOLOGI SOSIAL) Konflik dengan orang tua Konflik dengan anak sendiri Konflik dengan sanak saudara Konflik dengan orang lain Konflik dengan suami/istri Konflik di sekolah Konflik pemilihan kerja Konflik agama Konflik pribadi
  • 10. DAMPAK SEBUAH KONFLIK KONFLIK ADALAH SUATU HAL YANG WAJAR DALAM MASYARAKAT (LEWIS A. COSER) DAMPAK SEBUAH KONFLIK SEGI POSITIF: Memperjelas aspek kehidupan Penyesuaian kembali Meningkatkan solidaritas Mengurangi ketergantungan Menghidupkan norma lama dan Menciptakan norma baru 6. Sarana mencapai keseimbangan 7. Kompromi baru SEGI NEGATIF Keretakan hubungan Kerusakan harta benda dan nyawa 3. Berubahnya kepribadian 4. Munculnya dominasi kelompok pemenang
  • 11. KONFLIK DAN KEKERASAN Kekerasan diartikan perbuatan yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik (Kamus Besar Bahasa Indonesia Kekerasan Langsung ( direct violence) Kekerasan Tak Langsung ( indirect violence) Kekerasan terjadi ketika individu atau kelompok mengabaikan norma dan nilai dalam mencapai tujuan N.J. Smelser: Lima tahapan dalam kekerasan Situasi sosial yang memungkinkan munculnya kerusuhan Tekanan sosial Berkembangnya perasaan kebencian Mobilisasi yang beraksi Kontrol sosial
  • 12. TEORI TENTANG KEKERASAN TEORI FAKTOR INDIVIDUAL Dimulai dari perilaku individual Agresifitas  kekerasan TEORI DINAMIKA KELOMPOK Adanya deprivasi relatif dalam kelompok Perubahan tidak mampu diikuti TEORI FAKTOR KELOMPOK Kelompok identitas sehingga mengalami benturan dengan identitas yang lain
  • 13. CARA PENGENDALIAN KONFLIK Tiga syarat konflik tidak berakhir dengan kekerasan: Setiap kelompok harus menyadari akan adanya situasi konflik di antara mereka Pengendalian konflik dapat dilakukan apabila kelompok yang berkonflik terorganisir Setiap kelompok yang berkonflik mematuhi aturan yang telah disepakati
  • 14. CARA PENGENDALIAN KONFLIK KONSILIASI MEDIASI ARBITRASI
  • 15. Bentuk pengendalian konflik seperti ini dilakukan melalui lembaga yang memungkinkan diskusi dan keputusan yang adil di antara pihak yang bertikai Contoh: pengadilan K O N S I L I A S I
  • 16. Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menujuk pihak ketiga sebagai mediator Pihak ketiga berfungsi untuk memberikan nasihat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan pertentangan di antara mereka Nasihat tersebut tidak bersifat mengikat Contoh: dewan PBB M E D I A S I
  • 17. Abritrasi dilakukan apabila pihak yang berkonflik sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di antara mereka Contoh : penyelesaian konflik di Vietnam oleh tentara Amerika pada masa 70-an A B R I T R A S I
  • 18. GEORGE SIMMEL Kemenangan salah satu pihak Kompromi atau perundingan Rekonsiliasi Saling memaafkan Kesepakatan untuk tidak berkonflik CARA MENGHENTIKAN KONFLIK
  • 19. CARA LAIN UNTUK MENGENDALIKAN KONFLIK Memberikan perhatian pada salah satu kelompok . Menyogok atau menyuap Menggunakan orang ketiga di luar pihak yang berkonflik . Sama dengan abritrasi Menggunakan aturan ketat, bila pihak yang berkonflik mau berlindung pada peraturan/hukum formal
  • 20. PENGERTIAN SYARAT TERJADINYA INTEGRASI SOSIAL FAKTOR YANG MEMENGARUHI CEPAT LAMBAT INTEGRASI SOSIAL INTEGRASI SOSIAL
  • 21. PENGERTIAN INTEGRASI SOSIAL INTEGRASI SOSIAL= proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras, etinik, agama, bahasa, nilai dan norma
  • 22. SYARAT TERJADINYA INTEGRASI SOSIAL (WILLIAM F. OGBURN) Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan mereka Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman. Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara konsisten
  • 23. FAKTOR YANG MEMENGARUHI LAJU INTEGRASI SOSIAL INTEGRASI SOSIAL Homogenitas Kelompok Mobilitas Geografis Ukuran Kelompok Efektifitas Komunikasi
  • 24. BENTUK INTEGRASI ASIMILASI AKULTURASI Proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan yang ada di antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Tidak lagi ada perbedaan antarindividu karena batasan diantara mereka telah hilang Rumus: A+B=C Prose penerimaan unsur budaya baru namun tidak menghilangkan unsur budaya yang telah dianutnya. Rumus: A+B=AB
  • 25. FAKTOR PENDORONG INTEGRASI SOSIAL Toleransi terhadap kelompok berbeda Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi Sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat Persamaan dalam unsur kebudayaan.
  • 26. ANALISIS Konflik negara dengan GAM terselesaikan dengan ditandatanganinya Perjanjian Helsinski. Yang selanjutnya proses rekonstruksi Aceh dilakukan oleh Indonesia, GAM, dan AMM ( Aceh Monitoring Mission ). Menurut anda apakah proses ini memunculkan integrasi sosial? Jelaskan! Analisa menggunakan konsep yang telah diberikan.

PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG


A. PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG

1. Secara Umum Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. Menurut Pendapat Ahli. Berikut menurut pendapat para ahli mengenai perilaku menyimpang :
a. Paul B.Horton Ia mendevinisikan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku yang dinyatakan sabagai pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma kelompok ataupun masyarakat.
b. Bruce J.Cohen Ia berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atu kelompok tertentu dalam masyarakat.
c. Robert M.Z Lawang Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem tersebut untuk memperbaiki perilaku tersebut.
d. James Vander Sander Ia berpendapat bahwa yang dimaksud perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah atau sebagian besar orang atau masyarakat.

B. TEORI TENTANG PERILAKU MENYIMPANG

a. Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologi

1. Teori Labeling 
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.

2. Teori Sosialisasi 
Teori Sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan norma-norma dari bebrapa orang yang dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi, bagaimanakah seseorang menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga dirinya dapat melahirkan perilaku menyimpang…...????? Ada dua penjelasan yang dapat di kemukakan. Pertama, Kebudayaan khusus yang menyimpang, yaitu apabila sebagian besar teman seseorang melakukan perilaku menyimpang maka orang itu mungkin akan berperilaku menyimpang juga. Sebagai contoh, beberapa studydi Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung yang berantakan dan tidak terorganisir secara baik, perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal (wajar).

3. Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association ) 
Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan didapatkan dari proses alih budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant subculture). Contoh teori pergaulan berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan belajar yaitu melakukan pergaulan yang intim dengan para penyimpang (tunasusila senior) dan kemudian ia melakukan percobaan dengan melakukan peran menyimpang tersebut.

4. Teori Anomie 
Konsep anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiologi dari Perancis, Emile Durkheim. Istilah Anomie dapat diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu sama lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma) tidak mempunyai pedoman mantap yang dapat dipelajari dan di pegang oleh para anggota masyarakatnya. Selain Emile Durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan tentang teori anomie yaitu Robert K. Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi melalui struktur sosial. Menurut Merton struktur sosial dapat menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat bahwa struktur sosial mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku menyimpang karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Merton ada lima tipe cara adaptasi individu untuk mencapai tujuan budaya dari yang wajar sampai menyimpang, yaitu sebagai berikut :
a. Konformitas (Conformity) Konformitas merupakan sikap menerima tujuan budaya dengan cara mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan oleh masyarakat.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya berusaha untuk mewujudkannya dengan menempuh pendidikan tinggi dan bekerja keras.
b. Inovasi (Innovation) Inovasi merupakan sikap menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai budaya sambil menempuh cara-cara batu yang belum biasa atau tidak umum dilakukan.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya, tetpai kedudukannya di tempat tidak memungkinkan memperoleh gaji besar, sehingga ia melakukan jalan pintas memperoleh rasa aman saja.
c. Ritualisme (Ritualism) Ritualisme merupakan sikap menerima cara-cara yang diperkenalkan secara cultural, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaan, sehingga perbuatan ritualisme berpegang teguh pada kaida-kaidah yang berlaku namun mengorbankan nilai sosial budaya yang ada.
Contoh : seorang karyawan bekerja tidak untuk memperoleh kekayaan, tetapi hanya sekedar memperoleh rasa aman saja.
d. Pengasingan Diri (Retreatism) Pengasingan diri merupakan sikap menolak tujuan-tujuan ataupun cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.
Contoh : para pemabuk dan pemakai narkoba yang seakan-akan berusaha melarikan diri dari masyarakat dan lingkungan.
e. Pemberontakan (Rebeliion) Pemberontakan merupakan sikap menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakat dan menggantikan dengan cara yang baru.
Contoh : kaum pemberontak yang memperjuangkan ideologinya melalui perlawanan bersenjata. Dari kelima tipe diatas, tipe cara adaptasi konformitaslah yang merupakan bentuk perilaku yang tidak menyimpang, sedangkan ke-empat tipe adaptasi lainnya termasuk dalam bentuk perilaku yang menyimpang.
Untuk memperjelas pemahaman anda mengenai tipe cara adaptasi individu menurut Merton, perhatikan table di bawah ini :
Tipe Cara Adaptasi Tujuan Budaya Cara-Cara yang Melembaga Konformitas Inovasi Ritualisme Pengasingan diri Pembenrontakan + + - - ± + - + - ± 
Keterangan : +: sikap menerima - : penolakan ± : penolakan terhadap nilai-nilai yang berlaku dan upaya menggantinya dengan nilai-nilai baru.
b. Berdasarkan Sudut Pandang Psikologi Seorang tokoh psikolog asal Australia yang terkenal dengan teori psikoanalisasinyabernama Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga bagian penting, yaitu berupa hal-hal sebagai berikut:
1. Id, adalah bagian dari yang bersifat tidak sadar, nalurilah, dan mudah terpengaruh oleh gerak hati.
2. Ego, adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional yang berfungsi menjaga pintu kepribadian.
3. Supergo, adalah bagian dari diri yang telah mengabsorbsi (menyerap) nilai-nilai cultural yang berfungsi sebagai suara hati. Menurut Fried perilaku menyimpang dapat terjadi pada diri seseorang apabila id terlalu berlebihan sehingga tidak terkontrol dan muncul bersamaan dengan superegoyang tidak aktif, sementara dalam waktu yang bersamaan ego tidak berhasil memberikan perimbangan.
c. Berdasarkan Sudut Pandang Biologi Sheldon mengidentifikasikan tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar,yaitu sebagai berikut :
1. Endomorph (bundar, halus, dan gemuk)
2. Mesomorph (berotot dan atletis)
3. Ectomorph (tipis dan kurus) Stiap tipe tubuh mempunyai kecenderungan sifat-sifat kepribadian.
Contohnya, penjahat pada umumnya bertipe mesomorph. Sedangkan Cesare Lombroso, seorang kriminologi dari Italia berpendapat bahwa orang jahat memiliki ciri-ciri ukuran rahang dan tulang pipi panjang, memiliki kelainan pada mata yang khas, tangan dan jari-jari relative besar, dan susunan gigi abnormal. Adapun tipe pelaku kriminal menurut Casare Lomboso adal sebagai berikut : “ Teori biologis mendapat banyak kritikan dan diragukam kebenarannya, sehingga para ilmuwan sosial beranggapan bahwa factor biologis merupakan factor yang secara relative tidak penting pengaruhnya terhadap penyimpangan perilaku”.
d. Berdasarkan Sudut Pandang Kriminologi
1. Teori Konflik Berdasarkan teori ini terdapat dua macam konflik, yaitu sebagai berikut : a. Konflik Budaya Dalam suatu masyarakat dapat terjadi konflik budaya etika dalam masyarakat tersebut terdapat sejumlah kebudayaan khusus dimana setiap kebudayaan khusus tersebut cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan adanya kesepakatan nilai. Sejumlah norma yang bersumber dari kebudayaan khusus yang berbeda saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya dan dapat menimbulkan kondisi anomie.
b. Konflik Kelas Sosial Konflik kelas sosial dapat terjadi di masyarakat ketika suatu kelompok membuat peraturan sendiri untuk melindungi kepentingan, sehingga terjadilah eksploitasi kelas atas terhadap kelas bawah. Orang-orang yang menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap berperilaku menyimpang dan di cap sebagai penjahat.

2. Teori Pengendalian Teori pengendalian beranggapan bahwa masyarakat sebenarnya mmiliki kesepakatan tentang nilai-nilai tertentu yang menjadi dasar suatu perilaku dapat dikatakan menyimpang atau tidak. Pengendalian itu mencangkup dua bentuk, yaitu pengendalian dari dalam dan pengendalian dari luar.
Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari oleh seseorang melalui proses sosialisasi.
Contohnya, nilai-nilai dan norma sosial yang diperoleh dari lembaga keluarga, lembaga sekolah dan masyarakat yang mengharuskannya untuk menghormati sesame manusia. Pengendalian dari luar adalah imbalan sosial terhadap kepatuhan dan sanksi yang diberikan kepada setiap tindak penyimpangan atau pelanggaran nilai dan norma dominan. Misalnya, jika seseorang melanggar norma pergaulan sosial maka ia akan dijatuhi sanksi oleh masyarakatnya.

C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG

Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi begitu saja tanpa ada sebab-sebab yang menyertainya, karena perilaku menyimpang berkembang melalui suatu periode waktu-waktu tertentu sebagai hasil dari serangkaian tahapan interaksisosial dan adanya kesempatan untuk berperilaku menyimpang.
Adapun sebab atau faktor-faktor terjadinya perilaku menyimpang antara lain yaitu :
a. Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna ( Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma Kebudayaan) Apabila proses sosialisasi tidak sempurna, maka dapat melahirkan suatu perilaku menyimpang. Proses sosialisasi tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi yang dijalankan, sehingga seseorang tidak memprhitungkan resiko yang terjadi apabila ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku.
Contoh perilaku menyimpang akibat ketidaksempurnaan proses sosialisasi dalam keluarga, bahwa anak-anak yang melakukan kejahatan cenderung berasal dari keluarga yang retak/rusak, artinya ia mengalami ketiksempurnaan dalam proses sosialisasi dalm keluarganya.
b. Proses Belajar yang Menyimpang Proses belajar ini terjadi karena melalui interaksi sosial dengan orang lain terutama dengan orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah berpengalaman dalam hal menyimpang.
c. Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial Apabila peluang untuk mencari cara-cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak diberikan, maka muncul kemungkinan akan terjadinya perilaku menyimpang.
Contoh pada masyarakat feodal tuan tanah memiliki kekuasaan istimewa atas warga yang berstatus buruh tani atau penyewa sehingga tuan tanah dapat melakukan tindakan sewenang-wenang pada para buruh atau penyewa tanah yaitu dengan menurunkan upah ataupun kenaikan harga sewa. Apabila kesewenang-wenangan itu terjadi secara terus-menerus, maka dapat memicu terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh buruh dan penyewa tanah yaitu dengan melakukan kekerasan, perlawanan, penipuan, atau bahkan pembunuhan.

d. Ikatan Sosial yang Berlainan
e. Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan yang Menyimpang

D. MACAM-MACAM atau JENIS-JENIS PERILAKU MENYIMPANG

a. Berdasarkan Kekerapannya :

1. Penyimpangan Primer 
Penyimpangan primer adalah suatu pelanggaran atau penyimpangan yang bersifat sementara (temporer), sehingga individu yang melakukan penyimpangan tersebut masih dapat diterima oleh kelompok sosialnya, sebab pelanggaran terhadap norma-norma umum tidak berlangsung secara terus-menerus. Contoh penyimpangan primer adalah : terlambat membayar pajak listrik, mencontek saat ulangan, melanggar rambu-rambu lalu lintas.
2. Penyimpangan Sekunder 
Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan sosial yang nyata dan sering dilakukan sehingga menimbulkan akibat yang cukup parah dan mengganggu orang lain. Contoh penyimpangan sekunder adalah : berjudi, mencuri, seseorang yang sering mabuk-mabukan, bahkan pembunhan.
b. Berdasarkan Jumlah Pelakunya
1. Penyimpangan Individual (individual deviation) Penyimpangan individual merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.
Macam-macam penyimpangan individu adalah sebagai berikut :
Penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang Penyimpangan karena berlaku didalam masyarakat disebut pelanggar. tidak patuh terhadap nasehat orang tua untuk mengubah pendirian atau kebiasaan buruk menjadi baik yang disebut dengan pembandel. Penyimpangan karena tidak menepati janji atau berbohong dan sering berkhianat yang disebut dengan munafik. Penyimpangan karena tidak taat terhadap peringantan orang lain, yang disebut pembangkang. Penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang mengakibatkan kerugian harta benda/jiwa dilingkungannya yang disebut penjahat atau perusuh.
2. Penyimpangan Kelompok (group deviation) Perilaku penyimpangan dapat disebut dengan penyimpangan kelompok apabila penyimpangan tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang yang bergabung dalam suatu kelompok tertentu. Setiap individu yang bergabung didalam kelompok tersebut berperilaku sesuai dengan norma yang ditentukan dalam kelompok tersebut walaupun perilaku tersebut jelas-jelas bertentangan dengan norma-norma sosial umum yang terdapat/berlaku dalam masyarakat sekitar dimana ia tinggal. Penyimpangan kelompok lebih rumit dan berbahaya dibandingkan dengan penyimpangan individual, karena mereka memiliki fanatisme terhadap nilai, norma, sikap, dan tradisi yang berlaku dalam kelompoknya sehingga mereka beranggapan bahwa mereka tidak melakukan suatu penyimpangan. Adapun yang termasuk dalam penyimpangan kelompok antara lain yaitu :
Kelompok pengacau keamananan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disebut Persekongkolan dalam dunia usaha dan lembaga dengan teroris. Kelompok atau (geng) pemerintah untuk mencari keuntungan sendiri. kejahatan terorganisir yang melakukan perampokan dan penyelundupan. Kelompok yang ingin meisahkan diri dari suatu Negara, yang disebut separatis.


E. SIFAT-SIFAT PERILAKU MENYIMPANG

a. Penyimpangan yang bersifat positif 
Penyimpangan yang bersifat positif adalah sauatu perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku umum yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial dimana ia tinggal. Seseorang dikatakan menyimpang secara positif ketika ia merealisasikan cita-citanya akan tetapi masyarakat belum bisa menerima cara yang ia pergunakan ataupun cita-cita yang ia inginkan.
Contoh penyimpangan yang bersifat positif adalah : seorang wanita yang bercita-cita sekolah setinggi-tingginya dan menjadi dokter spesialis atau wanita karier. Bagi sebagian masyarakat perbuatan sang wanita adalah suatu penyimpangan, namun dari penyimpangan tersebut ada dampak positif yang muncul dari dalam dirinya yaitu emansipasi wanita. Karena ia telah bersifat mulia yaitu mau menjadi seorang dokter atau bersosial kepada orang lain atau masyarakat dengan menjadi seorang dokter.
b. Penyimpangan yang bersifat negatif 
Penyimpangan yang bersifat ngatif adalah suatu perbuatan atau kecenderungan bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk sehingga mengganggu sistem sosial yang ada. Penyimpangan terhadap kaidah hukum positif maka aka nada hukum dan sanksi yang jelas dari Negara. Contoh penyimpangan yang bersifat negatif adalah : pencurian, pembunuhan, pelacuran, pemerkosaan,pemabuk, penjudi, dan lain-lain.

F. BENTUK-BENTUK PERILAKU PENYIMPANGAN SOSIAL

Menyimpang atau tidaknya perilaku seseorang ditentukan oleh norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia tinggal. Setiap tindakan atau perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku akan dianggap sebagai penyimpangan. Ada beberapa bentuk perilaku menyimpang yang bersifat negatif, diantaranya adalah sebagai berikut :


a. Tindakan Kriminal atau Kejahatan.


Tindakan kriminal atau kejahatan merupakan tindakan yang bertentangan dengan norma hukum, norma sosial dan norma agama. Adapun tindakan kriminal meliputi pencurian, perampokan, pemerkosaan, penganiayan, pembunuhan. Selain itu berbagai bentuk kegiatan yang mengganggu keamanan Negara seperti korupsi, maker, dan terorisme, juga termasuk tindakan kriminal. Berbagai tindakan tersebut biasanya menjatuhkan korban di mana si korban akan kehilangan harta benda, cacat tubuh, bahkan tidak jarang pula kehilangan nyawa.


b. Penyalahgunaan Narkotika.


Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika, ada baiknya kita membahasnya dari tinjauan medis terlebih dahulu. Secara medis, narkotika berfungsi di rumah sakit bagi orang yang menderita sakit berat dengan rekomendasi dokter. Misalnya untuk penderita kanker atau orang yang akan menjalani operasi sebagai obat bius. Efek dari narkotika selain sebagai obat adalah timbulnya efek halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah, atau rasa nyaman. Karena fungsi sampingan inilah ada sebagian masyarakat, terutama dikalangan remaja, ingin menggunakan narkotika walaupun tidak sedang menderita suatu penyakit. Hal itulah yang dinamakan penyalahgunaan narkotika. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat perangsang yang sejenis terutama dikalangan remaja berkaitan erat dengan beberapa hal yang menyangkut sebab, motivasi, dan akibat yang ingin dicapai. Secara sosiologis, penyalahgunaan narkotika oleh kaum remaja merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan pengetahuan/pengalaman sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung dan pembentukan jati diri. Secara subjectif, penyalahguanaan narkotika oleh kaum remaja merupakan salah satu upaya individual agar dapat mengungkap dan menangkap kepuasan yang belum pernah dirasakan oleh setiap individu, terutama bagi setiap remaja yang sedang tumbuh dan berkembang dalam proses pencarian identitas dan pembentukan jati diri. Sedangkan secara objectif, penyalahgunaan narkotika adalah merupakan visualisasi dari proses isolasi yang pasti membebani fisik dan mental sehingga dapat menghambat pertumbuhan yang sehat. Secara universal, pnyalahgunaan narkotia dan zat lain sejenisnya merupakan perbuatan destruktif dengan efek-efek negatifnya atau bahkan dapat menimbulkan kematian bagi penggunanya. Sedangkan menurut Graham Baliene, seorang remaja yang melakukan penyalahgunaan narkotika disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :


1. Membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti berkelahi, ngebut dijalan atau balap sepeda, bergaul dengan lawan jenis, dan lain-lain.
2. Menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua, guru, orang lain, atau bahkan kepada norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
3. Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman emosional.
4. Mencari dan menemukan arti hidup.
5. Menghilangkan kegelisahan, frustasi, dan kepenatan hati.
6. Mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual.
7. Hanya iseng-iseng atau didorong oleh rasa ingin tahu.
8. Mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan.
9. Mengikuti kemauan teman atau sepergaulan dalam rangka pembinaan solidaritas.


Penyalahgunan narkotika dapat mengakibatkan ketergantungan obat (ketagiahan) atau biasa disebut adikasi. Adikasi adalah ketergantungan obat atau keracunan obat yang bersifat kronik atau periodic sehinggan penderita menjadi kehilangan control terhadapdirinya dan menimbulkan kerugian, baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Mungkin pada awalnya seorang “pemakai” (sebutan bagi pengguna narkotika) hanya coba-coba dalam dosis ringan atau kecil, akan tetapi lama-kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaan (habituasi). Apabila sudah sampai kondisi itu, maka ia akan menambah dosis untuk dapat menikmati efek yang diinginkan dan seperti itu terus-menerus (terus menambah dosis) hingga ia mengalami fase dipendensi (ketergantungan) dan merasa ia tidak dapat hidup tanpa narkotika. Kondisi demikian sudah dipastikan sangat membahayakan karena mengonsumsi narkotika secara berlebihan dapat merusak saraf, kelumpuhan, atau bahkan menimbulkan kematian yang biasa disebut dengan istilah “OD” (over dosis). Adapun bberapa gejala yang tampak pada sesorang yang menunjukkan ketergantungan terhadap obat-obat narkotika, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Muncul perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat sekelilingnya, seperti bertindak semaunya sendiri, sering berdusta, menjadi tidak disiplin, ingin selalu keluar rumah, dan susah untuk bangun pagi.
b. Pada proses lanjut, kenakalan meningkat sampai pada tindakan mengambil barang berharga milik orang lain (mencuri) guna memenuhi kebutuhannya untuk mengonsumsi narkotika.
c. Pada dosis tinggi pemakai akan merasa dirinya paling tinggi, paling hebat, dan paling sanggup melakukan apa saja (kepercayaan dirinya melampaui batas).
d. Pada saat efek mulai menurun, penderita merasa sangat gelisah, muncul perasaan seperti diancam, dikejar-kejar, dan ingin menyakiti dirinya sendiri sampai bunuh diri atau membunuh orang lain yang disebut dengan sakau. Berikut ini adalah bebrapa jenis bahan narkotika dan obat bius antara lain adalah sebagai berikut :




1. Tembakau Didalam tembakau terdapat racun nikotin keras yang dan dapat merangsang susunan saraf sehingga menimbulkan ketagihan. Selain nikotin, dalam tembakau juga terdapat tar yaitu zat yang dapat mengakibatkan penyakit kanker paru-paru.











2. Kafein Kafein terdapat didalam kopi yang dapat mempengaruhi susunan saraf dan jantung. Kopi dapat menyebabkan orang sulit tidur dan dapat menyebabkan ketagihan sehingga orang yang telah ketagihan akan merasa cemas dan kepala pusing apabila tidak meminumnya.








3. Candu atau Opium Candu dan Opium berasal dari tumbuhan Paper somniferum. Tumbuhanini banyak dijumpai di Rusia, Meksiko, Iran, Turki, Cina, India,, dan Afrika Selatan. Candu dan Opium termasuk tanaman semak dengan ketinggian 70-110 cm. Memiliki bunga dengan warna ungu, merah, dan putih. Buahnya berbentuk seperti pemukul gong dan bergetah. Getah itulah yang dihisap dan dijadikan sebagai candu.


4. Morfin Morfin adalah zat yang didapat dari candu. Morfin ditemukan oleh Setumur berkewarganegaraan Jerman pada tahun 1805. Pada umumnya morfin berwarna putih dan berwujud bubukan (serbuk) dengan rasa yang pahit. Melalui proses kimia morfin dijadikan sebagai zat yang berfungsi menenangkan sistem urut saraf.


5. LSD (Lusergic Acid Diethylamide) LSD ditemukan oleh dokter yang berkewarganegaraan Jerma yang bernama Dr. Albert Hoffman. LSD dapat menimbulkan halusinasi atau bayangan dengan berbagai macam khayalan.


6. Alkohol Alkohol apabila diminum pada awalnya menimbulkan perasaan riang gembira dan banyak berbicara, namun lama-kelamaan tingkat kesadaran menjadi menurun dan keseimbangan badan terganggu hingga mabuk. Pemakaian alcohol secara berlebihan dapat menyebabkan kelumpuhan karena radang saraf yang diakibatkan oleh pemakaian alcohol bersifat menimbulkan gangguan susunan saraf (kelumpuhan).


7. Ganja atau Mariyuana Ganja berasal dari tanaman bernama Canabis sativa. Tumbuhan tersebut banyak tumbuh di daerah tropic dan subtropik dan tergolong tumbuhan semak. Pemakaian ganja dilakukan dengan mengambil daun yang diiris-iris dan dikeringkan seperti tembakau. 


8. Kokain Kokain berasal dari tumbuhan Erythroxylon coca. Dan termasuk golongan semak dengan ketinggian 2 meter. Serbuk kokain berwarna putih dengan rasa yang pahit dan diperoleh dari daun tanaman Erythroxy yang berfungsi sebagai obat pembius sehingga sering digunakan pada proses pembedahan (operasi).


c. Perkelahian Antarpelajar Perkelahian antarpelajar atau yang lebih disebut tawuran antar pelajar pada awalnya hanya terjadi di kota-kota besar karena kompleksnya kehidupan dan persoalan di kota. Akan tetapi, pada saat ini fenomena tawuran antar pelajar sudah menjamur di kalangan pelajar yang jauh dari kawasan perkotaan. Perkelahian antarpelajar merupakan termasuk salah satu bentuk kenakalan remaja dan termasuk perilaku menyimpang karena bertentangan dengan nilai-nilai ataupun norma-norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Perkelahian antarpelajar merupakan masalah sosial yang berkaitan dengan krisis moral. Tingkat emosi yang belum stabil serta kerterbatasan pengetahuan akan kaidah-kaidah masyarakat dan agama mengakibatkan remaja cenderung bertindak tanpa memikirkan resiko karena mereka hanya mementingkan ego semata. Perkelahian antarpelajar bisa disebabkan oleh anggapan dari sebagian pelajar bahwa dengan perkelahian bisa menunjukkan kejantanan dan sportivitas. Perkelahian tersebut umumnya diawali dari hal-hal yang sepele atau kecil, bahkan hanya menyangkut dua orang saja dari sekolah yang berbeda. Tetapi karena alasan solidaritas kelompok, maka konflik bisa meluas dan menjadi konflik antarsekolah.


d. Hubungan Seksual di Luar Nikah Hubungan seks diluar nikah termasuk perilaku menyimpang yang sangat ditentang oleh masyarakat. Macam seks di luar nikah antara lain adalah pelacuran, kumpul kebo, dan pemerkosaan. Selain mendapatkan hubungan bagi para pelakunya, hubungan seksual di luar nikah juga dianggap dapat mendatangkan bencana bagi daerah tempat tinggal mereka sehingga masyarakat mengutuk perbuatan tersebut. Hubungan seksual diluar nikah juga dapat menyebabkan penyakit yang berbahaya dan bahkan mematikan seperti AIDS dan PSM (penyakit seks menular).


e. Penyimpangan Seksual Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak semestinya, misalnya perzinahan, lesbianism, homoseksual, kumpul kebo, dan sodomi. Tindakan-tindakan tersebut merupakan perbuatn yang bertentangan dengan norma-norma sosial dan agama sehingga dianggap sebagai salah satu bentuk perilaku menyimpang.




G. AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG

Seorang perilaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan yang sama untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya mendapatkan “teman”. Lama-kelamaan berkumpullah berbagai individu pelaku penyimpangan menjadi penyimpangan kelompok, akhirnya bermuara pada penentangan terhadap norma masyarakat. Dampak yang ditimbulkan selain terhadap individu juga terhadap kelompok atau masyarakat. Dampak apa saja yang ditimbulkan adanya tindak penyimpangan terhadap kelompok masyarakat…??? Marilah kita bahas satu persatu :


a. Kriminalitas tindak kejahatan Tindak kekerasan seorang kadangkala hasil penularan seorang individu lain, sehingga tindak kejahatan akan muncul berkelompok dalam masyarakat.
Contoh : seorang residivis dalam penjara akan mendapatkan kawan sesama penjahat, sehingga sekeluarnya dari penjara akan membentuk “kelompok penjahat” , sehingga dalam masyarakat muncullah kriminalitas-kriminalitas baru.


b. Terganggunya keseimbangan sosial Robert K. Merton mengemukakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku menyimpang itu merupakan penyimpangan melaliu struktur sosial. Karena masyarakat merupakan struktur sosial, maka tindak penyimpangan pasti akan berdampak terhadap masyarakat yang akan mengganggu keseimbangan sosialnya.
Contoh : pemberontakan, pecandu obat bius, gelandangan, pemabuk, dsb.


c. Pudarnya nilai dan norma Karena pelaku penyimpangan tidak mendapatkan sanksi yang tegas dan jelas, maka muncullah sikap apatis pada pelaksanaan nilai-nilai dan norma masyarakat. Sehingga nilai dan norma menjadi pudar kewibawaannya untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Juga karena pengaruh globalisasi di bidang informasi dan hiburan memudahkan masuknya pengaruh asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia mampu memudarkan nilai dan norma, karena tindak penyimpangan sebagai eksesnya.
Contoh : karena pengaruh film-film luar yang mempertontonkan tindak penyimpangan yang dianggap hal-hal yang wajar disana, akan mampu menimbulkan orang yang tidak percaya lagi pada nilai dan norma di Indonesia.

Pengertian Sosialisasi

 

Pengertian Sosialisasi

Secara sederhana sosialisasi adalah sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan cara individu mempelajari hidup, norma, dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli antara lain:

1.1. Charlotte Buhler

Sosialisasi adalah proses yang membantuk individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, tentang cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

1.2. Peter Berger

Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.

1.3. Bruce J. Cohen

Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota.

2. Tujuan Sosialisasi

  1. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya.
  2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita.
  3. Membantu pengendalian fungsi organik yang dipelajari melalui latihan mawas diri yang tepat.
  4. Membiasakan individu dengan dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.
  5. Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.
  6. Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal termasul lingkungan sosial yang baru.
  7. Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
  8. Untuk mengetahui lingkungan sosial-budaya suatu masyarakat.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi

  1. Faktor intrinsik, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Seringkali disebut dengan pembawaan atau warisan biologis. Bentuk nyata dari faktor intrinsik ini antara lain postur tubuh, golongan darah, bakat-bakat seni, olahraga, ketrampilan-ketrampilan, IQ atau tingkat kecerdasan, dll.
  2. Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang individu. Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya, tempat seorang individu hidup dan melaksanakan pergaulan dengan warga masyarakat yang lain. Adapun kondisi faktor ekstrinsik antara lain, kondisi lingkungan masyarakat setempat, kondisi lingkungan pergaulan, kondisi lingkungan pendidikan, kondisi lingkungan pekerjaa, kondisi lingkungan masyarakat luas, termasuk sebagai sarananya adalah media massa baik media massa cetak maupun elektronik.

4. Tahapan Sosialisasi

Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan melalui tahap-tahap:

4.1. Tahap persiapan (preparatory stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

4.2. Tahap meniru (play stage)

Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dsb. Dengan kata lain kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain jika mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri yakni asal anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).

4.3. Tahap siap bertindak (game stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan oleh peran secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Anak mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerjasama dengan teman-temannya. Pada tahap ini, lawan berinteraksi makin banyak dan mulai berhubungan dengan taman-temannya yang sebaya di luar rumah. Bersama dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

4.4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, anak dapat bertenggang rasa tidak hanya dengna orang-orang yang berinteraksi dengannya tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia secara dewasa menyadari peraturan, kemampuan, bekerjasama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya menjadi mantap. Manusia dengan perkembandan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

5. Media Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian

5.1. Media sosialisasi keluarga

Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orangtua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan, anak mengenal dunia sekitarnya, dan pola pergaulan sehari-hari.
Kebijakan orangtua yang menunjang proses sosialisasi anak-anaknya antara lain:
  1. Mengusahakan agar anak-anaknya selalu berdekatan dengan orangtuanya.
  2. Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan.
  3. Mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan buruk, yang pantas dan tidak pantas.
  4. Memperlakukan anak dengan baik. Untuk itu, orangtua harus dapat berperan dengan baik.
  5. Menasehati anak-anak jika melakukan kesalah atau kekeliruan.
Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:

5.1.1. Sosialisasi represif

Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:
  • Menghukum perilaku yang keliru
  • Hukuman dan imbalan materil
  • Kepatuhan anak kepada orangtua
  • Komunikasi sebagai perintah
  • Komunikasi non verbal

5.1.2. Sosialisasi partisipasif

Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:
  • Pemberian imbalan dan sanksi
  • Hukuman dan imbalan simbolis
  • Otonomi anak
  • Komunikasi sebagai interaksi
  • Komunikasi verbal

5.2. Media sosialisasi teman sepermainan

Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu:
  1. Remaja merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok persahabatan.
  2. Remaja dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
  3. Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, tertekan, gembira yang mungkin tidak di dapatkan di rumah.

5.3. Media sosialisasi sekolah

Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

5.4. Media sosialisasi lingkungan kerja

Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam proses interaksi akan terjadi proses saling mempengaruhi. Pengaruh-pengaruh itu akan menjadi bagian dari dirinya.

5.5. Media massa sebagai media sosialisasi

Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,

6. Jenis-Jenis Sosialisasi

6.1. Sosialisasi primer

Pengertian sosialisasi primer menurut Peter L Berger dan Luckmann adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota keluarga (masyarakat). Sosialisasi primer berlangsung saat berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.

6.2. Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat.

7. Sosialisasi Sebagai Pembentuk Kepribadian

Kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi ketika individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit.

7.1. Faktor pembentuk kepribadian

Perbedaan kepribadian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
  1. Warisan biologis, biasanya berupa bawaan ayah, ibu, nenek, dan kakek. Pengaruh ini tampak pada intelegensi dan kematangan fisik.
  2. Lingkungan alam, perbedaan iklim, topografi, dan SDA menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam.
  3. Lingkungan sosial, kelompok tempat bergabung seperti lingkungan keluarga, sekolah, kerja, dan masyarakat luas, juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
  4. Lingkungan budaya, perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.

7.2. Sosialisasi nilai dan norma dalam pembentukan kepribadian

Sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar. Nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat diperkenalkan kepada generasi selanjutnya melalui proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi ini, masyarakat dapat mewariskan nilai dan norma sosial budaya pada generasi selanjutnya.

nilai dan norma



  • Pengertian nilai menurut KBBI : Kadar, mutu, atau sifat yang penting dan berguna bagi kemanusiaan


  • Nilai budaya dan nilai sosial : Konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dalam kehidupan manusia



  • Pengertian nilai sosial menurut beberapa ahli :
    1. Woods : Petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari
    2. B. Simanjuntak : Ide-ide masyarakat tentang sesuatu yang baik
    3. Robert M.Z. Lawang : Gambaran mengenai apa yang diingkan, pantas, berharga, dan mempengaruhi perilaku sosial orang-orang yang memiliki nilai tersebut
    4. C. Kluckholn : Nilai kebudayaan mencakup hal-hal berikut :
      • Nilai mengenai hakikat hidup manusia : Ada manusia yang beranggapan bahwa hidup ini indah
      • Nilai mengenai hakikat karya manusia : Ada manusia yang beranggapan bahwa manusia berkarya demi harga diri
      • Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu : Ada manusia yang berorientasi pada masa lalu atau masa depan
      • Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan sesamanya : Ada manusia yang berorientasi pada individualisme


  • Ciri-ciri nilai sosial :
    1. Konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga
    2. Disebarkan di antara warga masyarakat
    3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
    4. Bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia
    5. Mempengaruhi perkembangan diri seseorang


  • Fungsi sosial menurut Drs. Suprapto :
    1. Menyumbangkan seperangkat alat untuk menetapkan "harga" sosial dari suatu kelompok
    2. Mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku
    3. Penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial
    4. Alat solidaritas
    5. Alat pengawas/kontrol perilaku


  • Prof. Dr. Notonegoro, membagi nilai menjadi 3 :
    1. Nilai material : Berguna bagi unsur fisik manusia. Co : Makanan, pakaian
    2. Nilai vital : Berguna mengadakan kegiatan/aktivitas. Co : Buku dan alat tulis bagi pelajar
    3. Nilai kerohanian : Berguna bagi batin (rohani) manusia. Nilai kerohanian antara lain sebagai berikut :
      • Nilai kebenaran : Bersumber dari akal sehat manusia
      • Nilai keindahan : Bersumber dari rasa indah. Co : Karya seni
      • Nilai kebaikan/nilai moral : Bersumber pada unsur kodrat manusia. Co : Menolong orang lain yang ditimpa kemalangan
      • Nilai religius/nilai ketuhanan : Bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia


  • Berdasarkan cirinya nilai sosial ada 2 macam :
    1. Nilai dominan : Lebih penting dibandingkan nilai lainnya. Ukuran dominan/tidaknya nilai didasarkan pada hal berikut :
      • Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut. Co : Sebagian masyarakat menghendaki perubahab ke arah perbaikan (reformasi) disegala bidang
      • Lama nilai itu dianut. Co : Sejak dahulu sampai sekarang, tradisi sekaten di Surakarta dan Yogyakarta dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu dilaksanakan
      • Tinggi rendahnya usaha memberlakukan nilai. Co : Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban bagi umat islam. Oleh karena itu, umat islam selalu berusaha untuk dapat melaksanakannya
      • Prestise/kebanggaan menggunakan nilai. Co : Memiliki mobil/barang lain yang bermerek terkenal dapat memberikan kebanggaan/prestise tersendiri
    2. Nilai yang mendarah daging : Telah menjadi kepribadian & kebiasaan. Secara tidak sadar terlah tersosialisasikan sejak seorang masih kecil, apabila tidak melakukannya ia akan merasa malu dan bersalah. Co : Seorang kepala keluarga yang belum mampu menafkahi keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab


  • Beberapa ahli juga membagi nilai menjadi :  
    1. Nilai immaterial/nilai rohani : Mengginakan nurani dan juga indera, akal, perasaan, kehendak, dan keyakinan. Sulit berubah. Co : ideologi
    2. Nilai material/nilai jasmani : Berwujud, mudah dilihat dan diraba. Nilai material merupakan perwujudan dari nilai immaterial. Mudah berubah. Co : Gedung, pakaian
 
  • Pengertian norma sosial : Kaidah yang sangat diperlukan masyarakat dalam mengatur hubungan antar anggota masyarakat yang mengikat warga masyarakat tertentu


  • Sifat norma sosial : 
    1. Norma formal : Tertulis. Co : Konstitusi, surat keputusan, dan peraturan daerah
    2. Norma nonformal : Tidak tertulis . Co : Aturan dalam keluarga


  • Tingkatan norma : 
    1. Cara (usage) : Norma yang paling lemah daya pengikatnya karena sanksinya hanya cemoohan. Co : Ketika sedang makan orang bersendawa
    2. Kebiasaan (folkways) : Suatu aturan dengan kekuatan mengikat yang lebih kuat daripada usage karena kebiasaan merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang. Co : Menghormati orang yang lebih tua
    3. Tata kelakuan (mores) : Aturan yang sudah diterima masyarakat dan dijadikan alat pengawas/kontrol, secara sadar/tidak sadar, oleh masyarakat kepada anggota-anggotanya. Pelanggaran akan diberikan sanksi berat. Co : Larangan berzinah
    4. Adat istiadat (custom) : Suatu aturang yang turun temurun. Co : Larangan menikah dengan orang yang 1 marga dalam adat Batak


  • Macam-macam norma :
    1. Norma agama : Berdasarkan ajaran/kaidah suatu agama. Bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan bagi para pemeluknya. Co : Norma agama islam antara lain adalah kewajiban melaksanakan rukun islam dan rukun iman
    2. Norma Kesusilaan : Didasarkan pada hati nurani.akhlak manusia. Bersifat universal. Co : Perilaku yang menyangkut nilai kemanusiaan seperti pengkhianatan
    3. Norma kesopanan : Berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyarakat. Bersifat relatif. Co : Tidak memakai perhiasaan dan pakaian yang mencolok
    4. Norma kebiasaan : Hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Co : Kebiasaan melakukan selametan/doa bagi anak yang baru lahir
    5. Norma hukum : Himpunan petunjuk hidup/perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Bersifat mengikat dan memaksa. Ciri norma hukum : Diakui oleh masyarakat sebagai ketentuan yang sah dan terdapat penegak hukum sebagai pihak yang berwenang memberikan sanksi. Tujuan norma hukum : Menciptakan suasana aman dan tentram dalam masyarakat. Co : Tidak melakukan tindak kriminal seperti mencuri, membunuh, dll
     

  Auguste Comte
Sosiologi lahir sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, baru muncul pada abad ke-19, yang dipopulerkan oleh seorang filosof Prancis yang bernama Auguste Comte (1798–1857). Comte merintis upaya penelitian terhadap masyarakat, yang selama berabad-abad sebelumnya dianggap mustahil. Atas jasanya memperkenalkan istilah sosiologi maka Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi. Ia mengkaji sosiologi secara sistematis, sehingga sosiologi terlepas dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad ke-19.
Pemikiran Auguste Comte yang dijadikan dasar pemikiran sosiologi antara lain berikut ini: a. Membedakan sosiologi ke dalam statika sosial dan dinamika sosial. b. Pengembangan tiga tahap pemikiran manusia (tahap teologis, metafisis, dan positif) yang menjadi ciri perkembangan pengetahuan manusia dan masyarakat. c. Gejala sosial dapat dipelajari secara ilmiah melalui metodemetode pengamatan, percobaan, perbandingan dan sejarah. d. Fakta kolektif historis dan masyarakat terikat pada hukum-hukum tertentu dan tidak pada kehendak manusia.
b)     Emile Durkheim
Durkheim merupakan salah satu tokoh sosiologi yang dipengaruhi oleh tradisi pemikiran Prancis–Jerman. Durkheim termasuk salah satu peletak dasar-dasar sosiologi modern. Menurut Durkheim yang harus dipelajari sosiologi adalah fakta-fakta sosial mengenai cara bertindak, berpikir, dan merasakan apa yang ada di luar individu dan memiliki daya paksa atas dirinya. Contoh fakta sosial menurut Durkheim antara lain hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat, tata cara berpakaian dan kaidah ekonomi. Fakta-fakta sosial tersebut dapat mengendalikan dan memaksa individu karena individu yang melanggarnya akan diberi sanksi oleh masyarakat.
c)      Karl Marx
Karl Marx lebih dikenal sebagai tokoh sejarah ekonomi daripada seorang sosiolog. Sebagai seorang penulis sosiologi sumbangan Marx terletak pada teori kelas. Marx berpendapat bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut Marx, perkembangan pembagian kelas dalam ekonomi kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu:
  1. Kaum borjuis (kaum kapitalis) yaitu kelas yang terdiri dari orang-orang yang menguasai alat-alat produksi dan modal;
  2. Kaum proletar adalah kelas yang terdiri atas orang-orang yang tidak mempunyai alat produksi dan modal, sehingga dieksploitasi oleh kaum kapitalis.
Menurut Marx, pada suatu saat kaum proletar menyadari akan kepentingan bersama, sehingga mereka bersatu dan memberontak terhadap kaum kapitalis. Mereka menang dan dapat mendirikan masyarakat tanpa kelas.
d)     Max Weber
Max Weber mengatakan bahwa yang dipelajari oleh sosiologi adalah tindakan sosial. Tindakan manusia disebut tindakan sosial apabila mempunyai arti subjektif. Tindakan itu dihubungkan dengan tingkah laku orang lain dan diorientasikan kepada kesudahannya, yang termasuk dalam tindakan sosial bukanlah tindakan terhadap objek-objek bukan manusia, seperti tukang kayu atau tindakan batiniah seperti bersemedi. Dalam analisis yang dilakukan Weber terhadap masyarakat, konflik menduduki tempat sentral. Konflik merupakan unsur dasar kehidupan manusia dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat mengubah sarana-sarana, objek, asas-asas atau pendukung-pendukungnya, tetapi tidak dapat membuang konflik itu sendiri. Konflik terletak pada dasar integrasi sosial maupun perubahan sosial. Hal ini terlihat nyata dalam politik (perjuangan demi mencapai kekuasaan) dan dalam persaingan ekonomi.

Pengertian Sosiologi

  Pengertian Sosiologi
Sosiologi berasal dari kata Latin socius, dan kata Yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman, dan logos berarti penge-tahuan. Dengan demikian, sosiologi berarti pengetahuan tentang perkawanan atau pertemanan. Pengertian pertemanan ini kemudian diperluas cakupannya menjadi sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat, atau bisa disebut dengan masyarakat. Dengan demikian, sosiologi diartikan sebagai pengetahuan tentang hidup bermasyarakat. Kata socius dibentuk dari kata “sosial” yang diartikan sebagai “serba berjiwa kawan,” “serba terbuka” untuk orang lain, untuk memberi dan menerima, untuk umum.
Berikut ini beberapa definisi tentang sosiologi oleh beberapa tokoh Sosiologi diantaranya:
  1. Roucek dan Warren, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompok.
  2. Pitirim A. Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga, dan gejala moral). Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (gejala geografis, biologis).
  3. Max Weber, Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
  4. William F. Oghburn dan Mayer F. Nimkoff mengemukakan bahwa sosiologi adalah penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
  5. Emile Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta fakta sosial, yaitu fakta yang berisikan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu. Fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
  6. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
  7. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
Dari beberapa uraian para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tata hubungan dalam masyarakat dan berbagai fenomena atau peristiwayang terjadi dalam masyarakat.

mobilitas sosial






A. Definisi Mobilitas Sosial
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi Mobilitas Sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.

B.  Cara untuk melakukan mobilitas sosial
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
1. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Manager, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.



2. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.

3. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.

C. Bentuk mobilitas sosial
1. Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.



2. Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)
Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang utama masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.
Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah. Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.

b. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
 Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
·   Turunnya kedudukan.
Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
·   Turunnya derajat kelompok.
Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.

3. Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.
Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.

4. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di dalam satu kelompok generasi yang sama.
Contoh: Pak Darjo adalah seorang buruh. Ia memiliki anak yang bernama Endra yang menjadi tukang becak. Kemudian istrinya melahirkan anak ke-2 yang diberi nama Ricky yang awalnya menjadi tukang becak juga. tetapi Ricky lebih beruntung sehingga ia bisa mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya di sebut Mobilitas Antargenerasi.